Buku

Dunia Kriminal, Pers, dan Batavia

Margreet van Till. (2018). Batavia Kala Malam: Polisi, Bandit, dan Senjata Api (Penerjemah S. Hertini Adiwoso). Masup Jakarta. xvi + 304 hlm.

Sebagian besar kajian mengenai kelompok kriminal, baik bandit dan perampok, seringkali fokus pada individu ataupun kelompok serta hubungannya dengan Negara. Perkara bagaimana citra kelompok-kelompok kriminal dibangun dan siapa saja yang memiliki kepentingan; cenderung terabaikan dari perdebatan. Dengan kata lian, tidak banyak kajian sejarah yang membahas mengenai kelompok kriminalitas kaitannya dengan pers. Salah satu tulisan yang bisa disebutkan di sini (dan bukan ditulis oleh sejarawan!) adalah buku James Siegel dengan judul “Penjahat Gaya (Orde) Baru: Eksplorasi Politik dan Kriminalitas” (LKiS, 2000). Tulisan Margreet van Till berjudul “Batavia Kala Malam: Polisi, Bandit dan Senjata Api” (2018) memiliki model serupa, yakni membedah perkara kriminalitas dalam kaitannya dnegan pers. Buku  yang diterbitkan oleh Masup Jakarta tersebut secara khusus melihat peranan surat kabar pada periode munculnya kelompok-kelompok kriminal (bandit dan perampok) antara tahun 1869-1942 di wilayah (sekitar) Batavia, kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.

Batavia Kala Malam disajikan kepada pembaca dalam empat bahasan besar; yaitu daerah sekitar Batavia, bandit, penduduk kota, dan Negara. Pembagian bahasan memberi porsi  besar pada bandit, yang diletakkan dalam bagian kedua buku tersebut. Bandit dibentuk serta beraksi di wilayah sekitar Batavia serta memiliki kaitan dengan penduduk dalam kota Batavia dan Negara kolonial. Daerah sekitar merupakan daerah yang dikenal dengan sebutan Ommelanden, tempat para petani Tionghoa dan orang-orang pribumi hidup. Daerah tersebut dibedakan dengan para pemilik tanah dan orang Eropa lain yang tinggal dalam benteng Batavia. Van Till menjelaskan bahwa kelompok-kelompok kriminal seperti Pitung dan Gantang muncul dari perbedaan tingkat ekonomi yang ada di Ommelanden — yang berarti lebih jauh dari kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemilik tanah dan penguasa kolonial dalam benteng Batavia. Bukan itu saja, dalam bagian kedua ini, van Till menjelaskan lebih jauh bahwa arus modernitas yang ditandai oleh hadirnya senjata api menjadi pendukung berkembangnya kelompok-kelompok kriminal dan perampokan-perampokan yang terjadi. Senjata api tidak didapatkan dengan mudah andai saja penguasa kolonial tidak memfasilitasi kehadiran barang-barang tersebut di wilayah (sekitar) Batavia. Tentu saja tidak secara terang-terangan pemerintah kolonial memfasilitasi senjata api terhadap kelompok-kelompok kriminal ini, tetapi kehadiran senjata api merupakan buah dari kebijakan impor senjata yang dilakukan oleh penguasa di tahun 1870. Masyarakat pribumi bisa melihat senjata lalu membuat hal yang serupa untuk kemudian menjadi alat para bandit dan perampok dalam beraksi.

Kehadiran para kelompok kriminal ini tidak bisa dipisahkan sepenuhnya dari penduduk kota yang menjadi bagian ketiga dalam buku yang berjudul asli “Batavia Bij Nacht: Bloei en Ondergang van het Indonesisch Roverswezen in Batavia en de Ommelanden 1869-1942” (2006) ini. Van Till fokus pada kondisi masyarakat di Batavia dan sekitarnya yang membuat Pitung dan kelompok-kelompok kriminal lainnya muncul. Selain itu, persepsi dalam masyarakat mengenai kelompok-kelompok kriminal ini juga dijelaskan, baik dalam bentuk kasus-kasus yang terjadi maupun imajinasi masyarakat dalam bentuk roman perampok dan detektif. Pitung sekali lagi dilihat lebih dekat dengan rakyat, sementara penguasa kolonial dihadirkan dalam wujud detektif Schout Hinne yang serba tahu dan bisa memecahkan berbagai kasus — yang kemudian membunuh Pitung. Hal ini dilihat sebagai kemenangan Negara dan mengantar pada bagian terakhir yang diberi judul “Negara”. Van Till menyebutkan bahwa pada awal abad ke-20, reorganisasi kepolisian menjadi bagian penting Negara dalam melawan dan melenyapkan kelompok-kelompok kriminal. Dengan kehadiran polisi, struktur organisasi Negara kolonial telah mantap dan berdampak pada berkurangnya kasus-kasus kriminal yang terjadi.

Van Till menjelaskan bahwa, antara tahun 1911 dan sampai dengan revolusi, angka kriminalitas menurun dibandingkan dengan sebelumnya (saat kemunculan Pitung, Gantang dan sebagainya).  Van Till kembali lagi pada penjelasan tentang sudah kuatnya Negara kolonial dan dengan ragu-ragu menyebut bahwa masyarakat pribumi telah sejahtera. Van Till agaknya mengabaikan bahwa pada periode-periode tersebut organisasi pergerakan sedang tumbuh dengan suburnya. Kelompok-kelompok kriminal seperti masyarakat lainnya di Hindia sibuk bergabung dalam organisasi-organisasi pergerakan tersebut atau apa yang disebut Takashi Shiraishi sebagai zaman bergerak (Shiraishi, 1997). Hal yang menunjang pendapat tersebut adalah bahwa apa yang dicari kelompok kriminal seperti kharisma, perlawanan terhadap mereka yang dianggap mengganggu (Negara kolonial dalam hal ini), dan juga pencarian ratu adil. Ketiga hal tersebut bisa diperoleh apabila bergabung dengan organisasi-organisasi pergerakan.

Setidaknya buku ini telah menjadi jembatan bagi para sejarawan, peminat studi kriminalitas, atau ilmu sosial lain untuk memperhatikan apa yang disebut van Till sebagai sejarah mikro, subaltern dan lokal. Van Till menggaris-bawahi bahwa setidaknya sejarah mikro, subaltern, dan lokal ini tidak banyak diminati, setidaknya sampai ketika buku ini ditulis pada 2018.

 

Daftar Acuan

Jedamski, D. 2008. “Sastra Populer dan Subjektifitas Postkolonial: Robinson Crusoe, Count dari Monte Kristo dan Sherlock Holmes di Indonesia Masa Kolonial”. Dalam K. Foulcher dan T. Day (ed.), Clearing space: Sastra Indonesia modern kritik postkolonial (edisi revisi). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Shiraishi, T. (1997). Zaman bergerak: Radikalisme rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta: Grafiti Press.

Siegel, J.T. (2000). Penjahat gaya (orde) baru: Eksplorasi poitik dan kriminalitas. Yogyakarta: LKiS.

van Till, M. (2018). Batavia kala malam: Polisi, bandit dan senjata api. Depok: Masup Jakarta.

Tentang Penulis

Editor Nalarasa pada rubrik Esai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *