Setelah membahas persoalan ideologi, kita akan menjawab pertanyaan: Dalam dunia yang penuh ideologi, lalu bagaimana kemudian manusia didefinisikan sebagai ‘manusia’? Apakah manusia sekadar produk ideologi dan dengan demikian sama sekali tidak memiliki peluang untuk merubah hidupnya? Apakah ia sekadar makhluk fatalis yang mengikuti jalannya dunia? Ataukah manusia merupakan makhluk yang memiliki kesempatan untuk memiliki agensi …
Pendisiplinan Lewat Wacana, Kemudian Ideologi
Ketika pendisiplinan terjadi dalam ruang sosial maupun individual (baca: opresi), kita sering dihadapkan pertanyaan: Bagaimana mungkin hal tersebut berlangsung? Mengapa kondisi tersebut bisa direproduksi dari generasi ke generasi dan dengan demikian diinternalisasi? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, para pemikir konstruksionisme sosial meminjam istilah sosiologi, yakni ‘ideologi’. Konsep ‘ideologi’ seringkali digunakan para pemikir konstruksionisme sosial untuk menunjukkan …
Kuasa dalam Wacana
Pada tulisan sebelumnya, kita diajak untuk memahami bahwa apa yang disebut wacana saling bertumbuk atau melengkapi satu sama lain; penekanannya adalah pada kontestasi wacana. Kontestasi ini menunjukkan bahwa ada perselisihan antar-kuasa. Karena bertemu dalam konteks relasi kuasa, maka wacana tersebut akan menghasilkan implikasi politis tertentu. Apa yang dimaksud dengan implikasi politis ini merujuk pada bagaimana …
Wacana dalam Pendekatan Konstruksionisme Sosial
Dalam konstruksionisme sosial, bahasa menjadi hal paling signifikan. Bahasa menjadi dasar pikiran dan kedirian. Karena setiap hari kita terpapar dengan bahasa dan bahasa sendiri terus berkembang, maka identitas kedirian kita bersifat temporer, fragmented, dan terbuka terhadap pertanyaan. Alih-alih bahasa merupakan representasi atau cerminan dari kedirian, konstruksionisme sosial melihat bahwa bahasa merupakan piranti konstitutif dari pengalaman …